Guruberbahasa.com- Cerita Romantis Sedih "Serpihan Sesal"
SERPIHAN SESAL
Kala senja menjelang, Robert masih termenung sendiri di bawah pohon sambil memandangi tumpukan foto usang yang hendak di bakar dan dilenyapkan dari pikirannya untuk selamanya. Tapi, dari sorot matanya tersirat kebimbangan yang begitu sangat, kebimbangan untuk menghilangkan semua kenangan-kenangan indah dalam foto-foto itu. Sementara di dalam hatinya masih tersimpan penyesalan yang amat mendalam, penyesalan atas kebodohan yang telah dilakukannya. Seandainya saja waktu itu ia berusaha lebih awal untuk menyatakan cintanya pada Julia, dan tidak mengabaikan perasaannya lebih lama lagi pastilah ia akan mampu menahan kepergian wanita pujaan hatinya itu.
Sudah 5 tahun berlalu sejak kepergian Julia dari hidupnya, tapi Robert masih terus memimpikannya dan berharap ia bisa bertemu dengan teman kecilnya serta menatap wajahnya sekali lagi.
Julia & Robert adalah dua orang yang berteman sejak kecil hingga SMA. Mereka selalu bermain bersama, bercanda & bercengkrama. Mereka saling mengisi satu sama lain, tidak ada perasaan spesial di antara keduanya. Tetapi, benih-benih cinta itu mulai tumbuh ketika mereka menduduki bangku SMA, tepatnya kelas XII menjelang kelulusan. Entah kenapa, seketika hati Robert menjadi begitu terbakar api cemburu ketika melihat Julia jalan berdua dengan teman laki-lakinya. Tetapi, Julia tidak menyadari hal itu.
Semakin lama, perasaan itu semakin dalam. Seperti sudah tak terbendung lagi, layaknya lahar yang siap dimuntahkan ke bumi. Sadar akan hal itu, robert berniat untuk segera mengungkapkan cintanya pada Julia. Tapi setiap kali ia menatap mata wanita itu, mulutnya seakan terkunci. Ia tidak mampu mengungkapkan perasaannya tersebut. Akhirnya, Robert memutuskan untuk memendam perasaannya beberapa waktu sampai ia memiliki keberanian yang cukup untuk mengatakan pada Julia.
Hari demi hari berlalu, Robert semakin mencintai Julia dan tidak ada alasan lagi untuk tidak mengatakannya sekarang. Karena telah begitu lama ia mennyimpan rapi perasaan ini sendirian. Waktu yang di nanti pun tiba, keberanian itu telah muncul dan segera ia menyampaikan perasaannya pada kekasih hatinya. Saat jam pulang sekolah, mereka pulang bersama. Robert berpikir, inilah kesempatan yang ditunggu-tunggu. “Julia…!!” ucap Robert sambil memandangi wajahnya. “ada apa Robert?” timpal Julia. “ada hal yang ingin aku katakan padamu” tukas Robert sembari memegangi tangan Julia yang lembut. Julia tampak keheranan dengan sikap Robert, karena tak seperti biasanya Robert begini. “ya Robert, katakan saja, aku mendengarkanmu kok” ujarnya. “Se… sebenarnya telah lama aku hendak mengatakan ini padamu Juli…” ucap Robert dengan gugup. Mereka berdua termenung sejenak, sambil menatap satu sama lain. “a…a…aku… cinta kamu Juli” ucap Robert dengan kepala tertunduk. “tidak mungkin” jawab juli dengan muka penuh tanya. “sekian lama kita bersama, aku pikir tidak ada dan tidak akan pernah ada perasaan itu untukku. Tapi kenapa? Kenapa baru sekarang kau ucapkan kata-kata ini Robert…?”. “aku juga berpikiran yang sama Juli, a… aku pikir tidak akan pernah ada perasaan ini untukmu. Tapi, akhir-akhir ini, aku selalu memikirkanmu. Aku cemburu bila kau jalan dengan laki-laki lain. Aku sudah berusaha meyakinkan perasaanku bahwa kau hanya teman bagiku, tidak lebih. Tapi nyatanya, perasaan itu semakin besar Juli…”. “tidak bisa Robert…, aku tidak bisa menerima cintamu walaupun aku juga mencintaimu. Aku sudah memiliki kekasih, lagipula lusa, aku akan pergi dari sini. Aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi di Jakarta dengan kekasihku itu. Maafkan aku Robert”. Ucap Julia seraya meneteskan air mata. Dada Robert terasa sesak mendengar kata-kata Julia. Ia tidak percaya bahwa Julia sudah memiliki kekasih.
Sepengetahuannya, Julia tidak pernah dekat dengan laki-laki lain kecuali dia. Apa mungkin karena aku saja yang kurang perhatian dengannya akhir-akhir ini? pikir Robert. Julia memegang tangan Robert dengan erat, sambil meyerahkan beberapa buah foto kenangan mereka semasa masih beteman sangat dekat dahulu. Esoknya, Julia pun berpamitan pada Robert untuk pindah ke Jakarta serta kuliah di sana. Mungkin, ia bersama keluarganya akan menetap juga di sana. Robert, berusaha menerima kenyataan ini walaupun begitu pahit dirasakannya. Tapi setidaknya ia tahu bahwa Julia juga mencintainya, itu sudah cukup untuknya. Seperti kata orang bijak “Cinta itu memang tidak harus memiliki.”
-Andre Setyawan-
Tag :
Cerpen
0 Komentar untuk "Cerita Sedih Romantis "Serpihan Sesal""
Silakan Tulis KOMENTAR yang tidak mengandung SARA DAN P*RN*GRAFI.