Pembinaan Sepak Bola Harus Sejak Usia Dini
Pewawancara : Wartawan Suara Karya, Syamsudin Walad.
Narasumber : Letjen (Purn.) Ir. H. Azwar Anas.
Pewawancara : Munas PSSI yang berlangsung di Makassar pekan lalu telah memilih kembali Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI periode 2007–2011, tanggapan Anda?
Narasumber : Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada Nurdin. Saya melihat dia memang orang yang komit dengan sepak bola Indonesia. Dia kelihatan mau mengorbankan segala waktu dan kemampuannya untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Terlepas dari pro dan kontra di masyarakat, saya tahu betul siapa dia. Selain cinta benar dengan sepak bola, dia juga orang yang memiliki tekad yang kuat. Memang PSSI ke depan harus dipimpin oleh orang-orang yang kuat, berani, tahan mental, tahan kritikan dan mau bekerja keras untuk sepak bola Indonesia.
Pewawancara : Sekarang ini PSSI tengah disorot lantaran prestasi sepak bola Indonesia yang terus terpuruk. Apa yang harus dilakukan pengurus ke depan nanti untuk memperbaiki kondisi ini?
Narasumber : Ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan. Pertama, pendekatan dari sisi legalitas, seperti AD/ART yang harus disesuaikan dengan perkembangan persepakbolaan Asia dan disesuaikan dengan standar FIFA. Aturan pertandingan yang disesuaikan dengan FIFA, termasuk sanksi-sanksi bagi yang melanggar. Kemudian pendekatan empiris, dalam arti kekuatan sepak bola, baik dari sisi pemain, wasit, pelatih, dana maupun prasarana lainnya. Untuk mendapatkan pemain yang bagus tidak gampang, harus ada pembinaan sejak usia dini. Saya pernah mendatangkan Franz Beckenbauer, dan dia mengatakan bahwa pemain-pemain kita hanya memiliki 10 persen dari dasar-dasar bermain sepak bola. Bayangkan itu, hanya 10 persen kemampuan pemain-pemain kita dibandingkan standar sepak bola Eropa. Dari sisi wasit juga kita harus bekerja sama dengan FIFA agar kita memiliki wasit yang benar-benar berkualitas. Soal pelatih, kita juga jangan sekadar memilih pelatih asing. Cari pelatih yang benar-benar berkualitas. Kalau perlu pelatih tingkat dunia yang juga bisa memberi pengetahuan kepada pelatih-pelatih kita.
Pewawancara : Soal dana dan prasarana, bagaimana?
Narasumber : Itulah, saya katakan saat ini berbeda dengan dulu. Saat ini dana sangat terbatas, sementara prasarana dan lapangan sepak bola hilang. Sekarang lapangan banyak yang berubah menjadi mall. Bagaimana anak-anak kita bisa bermain bola kalau lahannya sudah tidak ada. Saya lihat banyak anak-anak yang terpaksa bermain bola di jalan-jalan. Soal dana, saat ini tak bisa hanya bergantung pada pemerintah. Harus melibatkan peran swasta. Terus terang saya salut dengan komitmen keluarga Bakrie yang benar-benar mau membantu perkembangan olahraga Indonesia. Tak hanya di sepak bola melalui Nirwan, tetapi di cabang olahraga lainnya juga.
Pewawancara : Soal pembinaan usia dini, sejak kapan itu harus dilakukan?
Narasumber : Seharusnya dari usia 10 tahun ke bawah, kemudian dilanjutkan dengan pembinaan usia 10–15 tahun. Jika pada usia 15 tahun sudah mengetahui teknik-teknik dasar sepak bola, itu akan mudah membentuk tim yang tangguh. Saya pernah membawa anak-anak usia 15 tahun berlatih ke klub Sampdoria, Italia. Program yang kami sebut Primavera itu, meski sempat menuai kritik, tetapi toh lebih baik dari sekarang ini.
Tag :
Dialog
0 Komentar untuk "CONTOH DIALOG INTERAKTIF METRO TV TERBARU (TENTANG SEPAKBOLA)"
Silakan Tulis KOMENTAR yang tidak mengandung SARA DAN P*RN*GRAFI.