Kata drama secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dran. Kata dran berarti to do atau to act. Dalam perkembangannya drama berarti suatu karangan prosa atau puisi yang disusun dalam bentuk percakapan dan dapat dipentaskan. Untuk mementaskan drama perlu proses yang panjang. Proses tersebut sebagai berikut.
1. Penelitian atau penyeleksian naskah
Naskah drama diseleksi apakah layak dan dapat dipentaskan atau tidak.
2. Penafsiran atau penghayatan naskah
Nakah drama ditafsirkan tentang isi, latar, cerita, tokoh, watak tokoh, dan jalan ceritanya.
3. Pemilihan peran atau tokoh
Pemilihan peran disebut juga casting. Dalam proses ini para pemain drama ditunjuk menjadi salah satu tokoh dalam naskah drama. Pemain yang telah ditunjuk harus memahami atau mengekspresikan watak, sifat, tingkah laku, dan gerakan tokoh yang akan dimainkan. Seorang pemain harus terus menerus berlatih memerankan tokoh. Pemain tersebut juga harus mengekspresikan dialog sesuai dengan watak tokoh dan situasi dialog. Ekspresi dalam dialog bisa berupa ekspresi marah, sedih, gembira, kecewa, takut, bingung, atau merayu. Ekspresi dapat diwujudkan melalui dialog, tingkah laku, gerakan tubuh, intonasi suara, atau volume suara.
Contoh:
Seorang pemain harus benar-benar mengekspresikan kemarahan saat dialog menggambarkan kemarahan. Pemain itu dapat memperlihatkan mimik marah mengepalkan kedua tangan, napasnya cepat, matanya melotot, intonasi naik, dan volume suara keras.
4. Latihan
Para pemain drama harus benar-benar berlatih memerankan tokoh. Pemain harus mengekspresikan dialog yang telah dipelajari.
5. Memerankan drama
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memerankan naskah drama.
a. Tiap-tiap kata harus diucapkan dengan jelas.
b. Tekanan keras lembutnya pengucapan (tekanan dinamik). Kata- kata yang diucapkan dengan tekanan keras atau lembut adalah kata-kata yang dianggap penting dari pada kata-kata lain.
c. Tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu kata dalam kalimat (tekanan nada).
d. Tekanan cepat lambatnya pengucapan suatu kata dalam kalimat (tekanan tempo).
e. Pengucapan pengembangan, dapat dicapai melalui empat cara, yaitu:
a. menaikkan volume suara;
b. menaikkan tinggi nada;
c. menaikkan kecepatan tempo suara; serta
d. mengurangi volume tinggi nada dan kecepatan tempo suara.
f. Menunjukkan gerakan tubuh (gerak-gerik) dan ekspresi wajah (mimik) yang sesuai dengan karakter atau watak tokoh yang diperankan. Melalui mimik dan gerak tubuh pemain yang juga harus dapat menunjukkan perasaan yang sedang dialami tokoh yang diperankan. Misalnya kegembiraan, kejengkelan, kejemuan, dan kesedihan.
g. Watak tokoh dalam drama terlihat dalam percakapan antartokoh. Dalam percakapan itu tergambar sifat dan tingkah laku setiap tokoh. Dari kata-kata dan gerak-geriknya tergambar watak jahat, baik hati, pemarah, pendendam, jujur, sabar, atau yang lainnya.
Tag :
Drama