Zuchdi (2001) menjelaskan tahap-tahap pemeroleh bahasa anak sebagai berikut.
1. Mendekut (mengeluarkan bunyi vokal)
Bayi pada umumnya sanggup memroduksi bunyi dari dirinya sendiri. Bunyi yang paling dominan dalam komunikasi bayi adalam melalui tangisan. Namun, berdasarkan kemahiran berbahasanya mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vokal.
1. Mendekut (mengeluarkan bunyi vokal)
Bayi pada umumnya sanggup memroduksi bunyi dari dirinya sendiri. Bunyi yang paling dominan dalam komunikasi bayi adalam melalui tangisan. Namun, berdasarkan kemahiran berbahasanya mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vokal.
2. Meraban/Mengoceh (mengandung konsonan dan bunyi vokal)
Bunyi-bunyian yang dihasilkan anak pada tahap ini adalah produksi yang dipilih oleh bayi terkait fonem-fonem yang dipilih baik bunyi vokal maupun konsonan yang merupakan ciri asal bahasa bayi. Meraban (babbling) ini berbeda pada setiap bayi, sedangkan mendekut (cooing) seluruh bayi sama.
3. Ucapan Satu Kata
Yang dimaksud ucapan dalam tahap ini terbatas pada bunyi vokal dan konsonan yang digunakan (Ingram, 1999). Bayi menggunakan suku kata ini, holofrastis, untuk menyampaikan intense, keinginan, atau tuntutan. Biasanya kata-kata yang diungkapkan adalah kata benda konkret yang dikenalnya seperti: mobil, buku, bola, dll atau bisa juga keinginan seperti papa, mama, kue, bobo, dll. Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki tiga sampai 100 kata. Namun, kosakata yang dimiliki terkadang tidak mencukupi untuk mengungkapkan keinginannya, akibatnya mereka sering melakukan kesalahan.
4. Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik
Secara bertahap antara usia 1,5 sampai dengan 2,5 tahun anak mulai mengombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata. Komunikasi ini tampaknya lebih mirip dengan telegram daripada percakapan. Kata depan, kata sambung, dan fungsi morfem lainnya yang biasanya ditinggalkan. Oleh karena itu, para ahli bahasa menyebutkan ucapan-ucapan awal ini mirip di dalam telegram.
5. Struktur Kalimat Dasar Pada usia dua tahun kata yang dimiliki anak berkembang dengan cepat. Pada umur tersebut anak sudah memiliki sekitar 300 s.d. 1000 kata dan menjelang umur tiga tahun sampai dengan 4 tahun kemahiran kosakata anak akan terus bertambah hingga anak mencapai fondasi dan struktur bahasa orang dewasa. Selanjutnya pada usia lima tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan memroduksi kalimat yang cukup kompleks. Pada usia sepuluh tahun, secara fundamental bahasa anak sudah sama seperti orang dewasa.
Pada tahap struktur kalimat dasar anak melengkapi pemerolehan kalimat sekaligus pemerolehan semantik. Perkembangan semantik pada anak di SD akan semakin pesat. Kosa kata bertambah sekitar 3000-5000 kata per tahun (Tompkins, 1989). Menurut Budiasih dan Zuchdi (2001) anak SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif/khayalan seperti ungkapan, kata kiasan, dan peribahasa.
Tag :
Bahasa
0 Komentar untuk "Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Anak Menurut Ahli"
Silakan Tulis KOMENTAR yang tidak mengandung SARA DAN P*RN*GRAFI.