a. Tema
Tema merupakan motif pengikat keseluruhan isi cerita. Tema bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit. Untuk menemukan tema karya fiksi haruslah disimpulkan dari keseluhan cerita, dan walau sulit ditentukan secara pasti tema bukanlah makna yang terlalu "disembunyikan".
Tema merupakan motif pengikat keseluruhan isi cerita. Tema bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit. Untuk menemukan tema karya fiksi haruslah disimpulkan dari keseluhan cerita, dan walau sulit ditentukan secara pasti tema bukanlah makna yang terlalu "disembunyikan".
b. Plot/alur
Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Untuk menyebut plot secara tradisional orang juga sering menggunakan istilah alur atau jalan cerita, sedangkan dalam teori-teori yang berkembang lebih kemudian dikenal adanya istilah struktur naratif.
Mursal Esten (2013) juga menyebutkan pembagian plot sebagai berikut.
1) Situasi (mulai melukiskan keadaan)
2) Generating circumtances (peristiwa-peristiwa mulai bergerak)
3) Rising action (keadaan mulai memuncak)
4) Klimaks ( mencapai titik puncak)
5) Denoument (pemecahan soal, penyelesaian)
Selain pembedaan tersebut, plot juga dibedakan berdasarkan urutan waktu. Dilihat dari urutan waktu dalam cerita plot dibedakan atas plot lurus atau progresif, plot sorot balik (flash back), dan plot campuran.
c. Tokoh dan Penokohan
Menurut Mursal Esten ada beberapa cara untuk menggambarkan tokoh.
Pertama secara analitik, yaitu pengarang menceritakan secara langsung watak tokoh-tokohnya.
Kedua, secara dramatik pengarang tidak langsung menceritakan bagaimana watak tokoh-tokoh ceritanya. Misalnya melalui penggambaran tempat dan lingkungan tokoh, bentuk-bentuk lahir (gambaran fisik, dsb) melalui percakapan, perbuatan sang tokoh.
Melihat peran tokoh dalam pengembangan cerita Nurgiyantoro (2013) menyebutkannya menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mengejawantahkan nilai-nilai ideal atau yang disebut sebagai tokoh baik, pahlawan. Tokoh yang menyebabkan konflik terutama konflik dengan tokoh protagonis disebut sabagai tokoh antogonis.
d. Latar
Latar merupakan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan cerita realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Membaca sebuah fiksi kita akan bertemu dengan lokasi tertentu seperti nama desa, jalan, hotel, penginapan, kamar, dan lain-lain tempat terjadinya peritiwa. Di samping itu, kita juga akan berurusan dengan waktu seperti tahun, tanggal, pagi, siang, malam, pukul, pada saat bunga sakura bermekaran, saat gerimis di awal bulan, atau kejadian yang menyaran pada tipikal waktu tertentu.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view merujuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Dengan kata lain, sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Menurut Nurgiyantoro (2013) sudut pandang cerita secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu persona pertama, first person, gaya “aku”, dan third person, gaya “dia”.
f. Bahasa
Bahasa sastra mungkin dicirikan sebagai bahasa yang mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah. Bahasa kiasan juga sering digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan rangkaian ceritanya. Di antara bahasa kias yang sering muncul dalam prosa adalah hiperbola, personifikasi, dan perbandingan.
g. Moral/Amanat
Moral/amanat merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. Secara umum moral/amanat merujuk pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila. Adanya unsur moral dalam sastra sering dikaitkan dengan fungsi sastra bagi pembentukan karakter pembaca terutama pembaca anak dalam konteks pembelajaran sastra.
Tag :
Prosa,
Unsur Intrinsik
0 Komentar untuk "Pengertian Unsur-Unsur Intrinsik pada Prosa"
Silakan Tulis KOMENTAR yang tidak mengandung SARA DAN P*RN*GRAFI.