Cewek Pelupa
Lupa adalah salah satu sifat yang lumrah yang biasa dialami oleh seseorang. Namun bagi mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Solo ini, lupa sudah menjadi “penyakit kronis” yang harus segera disembuhkan. Nama sesungguhnya Sinta tapi penulis samarkan menjadi Senti supaya tidak ketahuan (loh sama aja ya).
Kebiasaan lupa Sinta ini sudah diketahui oleh seluruh penghuni indekos, mulai dari lupa mematikan kran kamar mandi, lupa membawa handuk saat mandi, lupa mematikan lampu kamar ketika ditinggal pergi, lupa menjemur pakaian, lebih parah lagi dia pernah lupa masih memakai sandal jepit ke kampus. Untungnya, dia tidak pernah lupa bernafas, bisa berabe urusannya kalau sampai lupa.
Pernah suatu ketika Sinta diberi film lama yang terkenal di Korea beberapa waktu lalu berjudul “Moment Two Remember” yang mengisahkan tentang kebiasaan lupa seseorang yang ternyata adalah sebuah penyakit Alzheimer. Namun lupa yang dialami Sinta ini berbeda, dia lupa hanya karena dia tidak suka mengingat-ingat hal-hal yang menurutnya tidak penting.
Nah, lupa yang dialami kali ini benar-benar parah karena dia sudah membuat geger seluruh kelas bahkan dosen dan security di kampusnya. Kisah ini berawal ketika satu kelas hendak mengadakan kunjungan ke Musium Radya Pustaka di Solo.
“Ren, kamu bonceng aku aja. Aku kalau motoran sendiri rasanya gimana gitu ren.” ujar Sinta kepada salah seorang teman kelasnya.
Reni pun mengangguk setuju. Mereka berdua menuju tempat parkir, namun alangkah terkejutnya ketika sepeda motor milik Sinta tak ada di tempat. Sinta pun panik, dia pun memutuskan bertanya kepada salah seorang mahasiswa yang tengah mengambi motor di parkir motor tersebut.
“Mas lihat motor beat hitam nggak disini?.” tanya Sinta dengan nada panik.
“Nggak mbak, motorku tadinya disana mbak.” ujar mahasiswa tersebut sambil menunjuk pojok tempat parkir.
“Tapi dipindah sama security nya kesini. Mungkin tujuannya dirapikan kali ya mbak, coba dicari dulu mbak siapa tahu dipindah kayak punyaku.” terang mahasiswa tersebut.
Sinta pun sedikit mempunyai titik terang, dia menuliskan plat nomor sesuai yang tertera di STNK nya kemudian diberikan kepada Reni.
Sementara itu, rombongan teman-temans sekelas beserta dosennya yang sudah menunggu mulai bertanya-tanya keberadaan Sinta dan Reni. Ade, selaku ketua rombongan pun akhirnya mencoba mengirimkan BBM kepada Sinta. Sebelum mengirimkan BBM, Ade pun sempat membaca PM (personal message) yang barusaja di update Sinta.
“Siapa aja yang ngambil motor gue, please balikin, itu motor babe belum lunas.” Begitu bunyi pm milik Sinta, tidak lupa dengan emoticon menangis di belakangnya. Yap, Sinta adalah tipe cewek yang sangat aktif di media sosial. Kadang-kadang, saat dia lapar bukannya dia pergi ke warung makan, justru dia akan menulis di akun facebook, instagram dan media sosial lain bahwa dia sedang lapar.
Mengetahui PM tersebut, ketua rombongan memberitahu kepada dosen. Akhirnya diputuskan beberapa dari mereka tetap tinggal termasuk dosen untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Sinta, sebagian yang lain melanjutkan perjalanan ke museum.
“Terakhir tadi kamu parkir dimana?” tanya security kepada Sinta.
“Iya disini Pak, saya nggak mungkin lupa.” tegas Sinta dengan wajah meyakinkan.
“Nggak kamu tinggal di kos?” tanya security itu lagi.
“Nggak Pak, ya ampun. Ini STNK saya pak, coba bapak lihat.”
Sinta pun menyerahkan STNK nya, kemudian mereka berbagi tugas untuk mencari motor Sinta yang tidak ada di tempat. Bahkan dosen Sinta menghubungi pihak keamanan kampus untuk mengecek cctv. Maklum, beberapa hari yang lalu memang terjadi pencurian sepeda motor sehingga membuat parno beberapa mahasiswa termasuk Sinta.
Di tengah kepanikannya, Sinta mendapatkan telvon dari ayahnya. Sinta sempat berpikir mungkin ayahnya yang sedang di rumah mendapat firasat buruk tentang dirinya karena mereka berdua biasanya mempunyai semacam ikatan batin. Mungkin kedengarannya sedikit berlebihan, ya memang.
“Asslamualaikum Sin,” ucap Ayahnya datar.
“Wa’alaikumsalam. Yah, Sinta minta maaf yah. Jangan marah sama Sinta ya Yah.” jawab Sinta dilanjutkan dengan ocehannya yang terdengar panik.
“Minta maaf apa Sin?” tanya Ayahnya bingung.
“Yah, motor Sinta ilang.” kata Sinta, pelan, pelan sekali.
“Motor apa?” Ayahnya malah balas menanyai Sinta.
“Motor apa? Kayak motor Sinta banyak aja Yah, motor Sinta kan Cuma 1. Beat hitam.” ujar Sinta sedikit kesal.
“Lha wong motornya kan kamu tinggal di rumah, mau dipajekin dulu. Makanya ini Ayah telvon kenapa STNK nya malah ada sama kamu, nggak kamu tinggal dirumah.” jelas Ayahnya
“Astagghfirullohal’adzim” ujar Sinta sambil menepuk jidatnya.
Ternyata Sinta benar-benar lupa. Memang tadi pagi dia benar-benar memarkir motornya di tempat tersebut namun dia lupa kalau tadi pagi dia nebeng motor teman kosnya yang kuliah di kampus yang sama. Di satu sisi Sinta malu karena sudah membuat bingung banyak orang, dia hanya bisa senyum-senyum sambil cepat-cepat bergegas pergi setiap bertemu orang-orang yang tahu kejadian siang itu.
Namun di sisi lain Sinta sangat bersyukur karena ternyata motornya yang masih kridit itu tidak hilang. Sampai saat ini banyak yang menjulukinya celup atau cewek pelupa, dan meskipun begitu Sinta tetap enjoy dan tidak merasa keberatan. Yah, memang seperti itulah Sinta.
Tag :
Cerpen